Kebun Raya Bogor(KRB) kini terus berbenah menyambut usianya yang ke-200 tahun ini. Kini Kebun Raya bukan saja sebagai pusat konservasi bagi pemerintah, melainkan juga sudah menjadi sarana edukasi dan rekreasi bagi masyarakat.
Bahkan, tiap akhir pekan ribuan warga memadati area Kebun Raya Bogor untuk menikmati liburan dengan keanekaragaman tumbuhan dan pohon. Ada sejumlah lokasi favorit masyarakat yang berkunjung ke daerah ini, dari melihat keindahan danau, kecantikan ragam tanaman anggrek, hingga museum.
Para pengunjung tidak saja berasal dari masyarakat sekitar Bogor, tetapi juga berasal dari berbagai daerah. Para turis dari berbagai negara juga menjadikan Kebun Raya Bogor tujuan berkunjung.
Kendati demikian, pemerintah tetap memprioritaskan Kebun Raya sebagai pusat konservasi bagi aneka tumbuhan dan pohon. Area seluas 87 hektare ini juga bagian dari ruang terbuka hijau (RTH) yang terus dikembangkan oleh pemerintah.
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PICT) KRB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Didik Widyatmoko mengatakan sebenarnya fungsi konservasi itu tak hanya bermanfaat untuk menyelamatkan tumbuhan yang makin berkurang di hutan habitat aslinya saja, tapi juga sangat berjasa terhadap lingkungan udara di sekitarnya.
"Khususnya Kebun Raya Bogor, yang letaknya persis di pusat kota ini, sangat banyak jasa lingkungannya, mulai penghasil oksigen, penyerap polusi udara yang ditimbulkan akibat emisi gas buang dari knalpot kendaraan, juga sekaligus sumber air," kata Didik saat ditemui di sela-sela kegiatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) dan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-200 Kebun Raya Bogor, Sabtu (26/07/2017).
Lebih lanjut dia mengungkapkan sudah banyakjasa keberadaan Kebun Raya, khusus bagi Kota Bogor ini. Sejak 1817 Sir Stamford Raffles selaku Gubernur Jawa zaman kolonial yang mendirikan kawasan hijau di kota hujan ini selalu berorientasi pada ekonomi, pihaknya kini mulai berupaya untuk peduli juga terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.
"Itu terjadi setelah melewati dua abad dan menjadi tantangan yang cukup berat dan kompleks. Bagaimanapun, Kebun Raya harus tetap mengembangkan tumbuhan yang bisa bernilai ekonomis bagi masyarakatnya. Kalau dulu yang terpenting Kebun Raya selain sebagai lembaga penelitian, juga diharuskan ada nilai ekonomis dengan melakukan pengembangan terhadap tumbuhan yang ada," katanya.
Dia menjelaskan, kembali terkait manfaat keberadaan bagi sebuah kota yang daerahnya memiliki Kebun Raya. Pihaknya membayangkan jika Kota Bogor tak memiliki Kebun Raya, saat ini kondisi udara sudah sangat panas.
"Jika tidak ada Kebun Raya, saya yakin temperatur di Kota Bogor akan naik. Kemudian polutannya banyak yang diserap penduduk, seperti apa jika tidak diserap karbondioksidanya," ungkapnya.
Namun demikian, dia mengungkapkan, saat ini tengah mengembangkan kebun raya bisa dijadikan sebagai salah satu tempat wisata yang dapat menggerakkan ekonomi masyarakat dan mendidik. Itu sangat cocok dengan program pemerintah yang menjadikan pariwisata sebagai pilar program nasional.
"Tapi kebun raya, tak hanya berhenti pada pariwisatanya. Tapi kita saat ini sudah mulai mengembangkan pariwisata yang memiliki nilai ekonomis dengan menyediakan souvenir-souvenir edukatif, bagi masyarakat, itu sudah kita mulai," paparnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga sudah memproduksi souvenir ekopanopoli yang manfaatnya cukup baik bagi masyarakat khususnya anak-anak agar bisa lebih peduli terhadap lingkungan.
"Itu berupa permainan monopoli yang bukan hanya monopoli (tapi banyak yang berkaitan dengan lingkungan) prinsipnya sama seperti permainan monopoli, contoh kalau kita membuang sampah bakal berakibat apa, dan banyak lagi," jelasnya.
Menurutnya itu semua sejalan dengan program perubahan yang digalakan pemerintah. Menurutnya program perubahan itu dimulai dari sumber daya manusia (SDM) yang bebas korupsi atau bersih dan inovatif. Maka dari itu dengan bertambahnya usia Kebun Raya Bogor, pihaknya akan memberikan pelayanan menjadi lebih baik.
Sementara itu, Staf Humas PKT Kebun Raya Bogor Ayi Doni Darusallam mengungkapkan hingga saat ini ada lebih dari 17.000 species tanaman tumbuhan, termasuk jenis bunga anggrek langka. Pohon-pohon yang ada di sini tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi banyak pula yang berasal dari luar negeri.
"Yang selalu menarik untuk disaksikan adalah saat berkembangnya bunga bangkai (Rafflesia Arnoldi). Bunga ini memang unik karena ukuran yang besar dan bila berbunga akan mengeluarkan bau busuk sehingga diberi nama bunga bangkai," ujarnya.
Dari 17.000 lebih koleksi tumbuhan terdapat beberapa jenis yang sering dan paling banyak dikunjungi baik untuk penelitian dan pendidikan, tak sedikit masyarakat kolektor tumbuhan anggrek mengunjungi rumah anggrek atau taman anggrek. Berdasarkan data, sebanyak 421 dari 5000 jenis anggrek yang ada di Indonesia berhasil di identifikasi dan sudah dikoleksikan di KRB.
Sumber : Koran Sindo, edisi 28 Februari 2017. Hal: 21
Sivitas Terkait : Dr. Didik Widyatmoko M.Sc.