Stephanie von Hohenlohe (Sumber Gambar: Wikipedia)
Ketika Mendengar nama Hitler, yang terlintas dalam pikiran adalah tentang kediktatorannya saat menjadi pemimpin Jerman. Sang diktator ternyata mempunyai putri kesayangan yang bernama Stephanie von Hohenlohe. Stephanie bukanlah putri kandung Hitler, melainkan putri dari Johann Sebastian Richter yang berprofesi sebagai pengacara dan Ludmilla Kuranda, seorang wanita Austria yang berdarah Yahudi. Staphanie lahir pada 16 September 1891 dengan nama Stephanie Julianne Richter di Vienna Austria. Ia dibesarkan oleh kedua orang tua yang kaya raya dalam suasana kehidupan yang penuh diliputi kesenangan serta kemewahan.
Pada tahun 1906, Stephanie beranjak remaja dan memiliki paras yang cantik. Saat berusia 20 tahun, banyak pemuda tampan dari keluarga bangsawan dan kaya raya yang bersaing untuk mempersuntingnya. Namun ternyata stephanie terlibat dalam percintaan yang cukup dramatis. Ia menjalin hubungan percintaan dengan Archduke Franz Salvatir, seorang pangeran berwajah tampan yang berasal dari daerah Tuscany, Italia. Stephanie tidak mengetahui bahwasannya sang pangeran yang dicintainya ternyata sudah memiliki istri yang bernama Marie Valerie, putri dari Kaisar Austria Franz Joseph I yang sedang berkuasa saat itu. Tak sampai disitu saja, Stephanie yang saat itu telah hamil anak dari sang pangeran kekasihnya. Namun sayangnya, sang pangeran tidak mengakui anak yang dikandung oleh Stephanie adalah darah dagingnya.
Akhirnya pada 12 Mei 1914, Stephanie menikah dengan seorang bangsawan Austria yang bertugas sebagai pajabat militer Asutria di Hingaria bernama Pangeran Friedrich Franz von Hohenlohe Waldenburg Schilingfurst. Banyak rumor bahwa pernikahan mereka diselenggarakan secara tergesa-gesa oleh kedua orang tuanya. Hal itu dilakukan sebagai usaha untuk menutupi aib sang puti serta keluarga Richter. Kemudian pada 5 Desember 1914 Putri Stephanie melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Franz Joseph Rudolf Hans Weriand Max Stefan von Hohenlohe Waldenburg-Schillingfurst.
Sebagai istri dari seorang militer yang memiliki jabatan cukup penting, Stephanie memiliki hubungan yang luas di keluarga pejabat tinggi sipil dan militer selama Perang Dunia I, baik yang berasal dari kekaisaran Austria sendiri maupun dari negara-negara lainnya. Bahkan kebanyakan dari hubugan istimewanya dengan beberapa tokoh ternama di Eropa mulai dirintisnya pada masa itu.
Pernikahan Pangeran Friedrich dan Stephanie tidak bertahan lama dan pada tahun 1920 mereka resmi bercerai. Meskipun telah bercerai, sesuai dengan tradisi Autria saai itu, maka sejak 6 Desember 1920 namanya menjadi Stephanie von Hohenlohe-Waldenburg-Schillingfurst. Setelah beberapa tahun menikmati kebebasannya pasca bercerai, Stephanie bergaul dengan berbagai kalangan masyarakat atas di Eropa yang kebanyakan mengenalnya sebagai seorang putri bangsawan Austria. Ia sering bepergian ke Paris, London, Berlin dan kota-kota besar lainnya di Eropa, serta menjalin persahabatan dan hubungan yang akrab dengan sejumlah orang terkenal dan mempunyai pengaruh besar.
Meskipun banyak orang yang mengetahui bahwa Stephanie memiliki darah campuran Yahudi, namun dengan kepandaiannya dalam bergaul serta mampu memanfaatkan pesona kecantikan dan kepandaian berdansanya, ia pun berhasil berkenalan dengan beberapa anggota pimpinan tertinggi dari kalangan Nazi Jerman. Stephanie pernah dianugerahi sebuah tanda penghargaan istimewa berupa sebuah lencana emas dari Partai Nazi. Ia bahkan mampu menarik perhatian sang Pemimpin Tertinggi Nazi, yaitu Adolf Hitler yang bila bertemu dengannya selalu menyambutnya dengan sebuah ciuman di tangan sang putri seraya memanggilnya dengan sebutan "liebe prinzessin" atau "Putri Tersayang".
Sebuah laporan hasil penyelidikan dari MI-6 (Dinas Intelejen Inggris) pada tahun 1938, diantaranya menyatakan bahwa Putri Stephanie sering di undang oleh sang diktator yang sangat menghargai kan kecerdasannya serta berbagai saran yang diberikannya, yang tentu saja bermanfaat untuk Hitler. Stephanie juga merupakan wanita yang mampu memberikan pengaruh yang sangat berrati untuk sang diktator setelah istrinya. Seorang staff pribadi Hitler yang bernama Ernst Hansstengel, pernah memperingatkan sang diktator bahwa Stephanie ialah seorang wanita keturunan Yahudi, namun sang diktator tidak memperdulikannya. Stephanie maupun elit-elit Partai Nazi nampaknya saling memanfaatkan posisi mereka untuk kepentingan masing-masing.
Tahun 1937 diketahui bahwa putri Stephanie menjalin hubungan percintaan dengan Fritz Wiedemann, seorang perwira militer Jerman yang menjadi ajudan pribadi Hitler. Frits sebenarnya sudah memiliki istri dan juga 2 orang anak. Mendengar kabar hubungan Stephanie dan Fritz, Hitler yang diketahui juga sangat menyukai Stephanie itupun menjadi marah. Akibatnya Fritz Wiedemann pun segera dilepas dari jabatannya dan kemudian dijadikan Konsul Jenderal di San Francisco, Amerika Serikat. Selanjutnya pada tahun 1938, pihak Nazi menyita semua harta milik orang-orang Yahudi yang terdapat di Austria, termasuk istana Leopoldskron di Salzburg. Gedung berupa istana yang megah itupun kemudian diserahkan pengelolaannya kepada Putri Stephanie dan beberapa orang rekannya untuk digunakan sebagai rumah singgah bagi artis-artis terkenal di Jerman saat itu, juga sebagai tempat menerima tamu-tamu istimewa Hitler. Beberapa pesta yang sangat meriah seringkali diadakan di tempat itu, bahkan Stephanie juga ikut hadir di sana pada acara pesta perayaan penaklukan Cekoslovakia. Selama pesta itu berlangsung, Stephanie pun tak segan untuk mengantarkan minuman pada sang diktator yang sedang serius berbincang dengan rekan-rekannya untuk menyusun langkah-langkah politik dan militer mereka selanjutnya dalam mengendalikan kawasan Eropa.
Sejak saat itu Stephanie pun masuk ke dalam lingkaran dinas intelijen Nazi Jerman, setelah ia menerima tugas sebagai salah seorang staf penting dalam Kementrian Propaganda yang dipimpin oleh Joseph Goebbels. Di samping itu ia juga aktif berorganisasi, mencurahkan waktunya dalam berbagai kegiatan sosial dari Perkumpulan Persahabatan Inggris-Jerman yang di sponsori oleh Lord Rothermere. Stephanie menjadi anggota kehormatan dalam perkumpulan tersebut pun bersahabat baik dengan dua orang anggota Majelis Tinggi Parlemen Inggris, yaitu Lord Elbank dan Lord Sempilt. Berkat kedekatannya dengan dua orang penting itulah, Stephanie banyak memperoleh informasi penting tentang perkembangan politik dankebijaksanaan luar negeri dari pemerintah Inggris.