Semarang - Warga Semarang patut berbahagia. Alun-alun Semarang akan dibangun kembali dengan desain yang lebih modern. Mungkin istilah kekiniannya: alun-alun Semarang 'Reborn'.
Alun-alun Kota Semarang rencananya tahun ini akan kembali bisa dinikmati dengan desain yang lebih modern. Ruang publik itu dibuat bertingkat sehingga bisa untuk wisata dan belanja.
Baca juga: Rp 230 M Digelontorkan untuk Revitalisasi Kota Lama Semarang
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan proyek yang sudah dimulai sejak tahun 2018 itu akan bisa dinikmati masyarakat tahun 2020 ini. Fisik alun-alun sudah terlihat rapi, hanya tinggal membangun sarana di sekitarnya.
"Tahun ini bisa dipakai. Setelah serah terima dari kontraktor bisa dipakai," kata Hendrar atau yang akrab disapa Hendi itu, Kamis (2/1/2020).
Alun-alun kota Semarang. (Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom)
Anggaran yang digelontorkan yaitu berasal dari APBD Kota Semarang yaitu Rp 40 miliar di tahun 2018, Rp 40 miliar di tahun 2019, dan tahun ini Rp 50 miliar untuk sarana prasarana di sekitar alun-alun.
"Ini desainnya baru tapi titiknya sama seperti dulu. Kita ingin kembalikan kawasan alun-alun," pungkasnya.
Baca juga: Menikmati Semarang Rasa Eropa
Alun-alun seluas 9,184 hektar itu dibangun dengan memiliki basement untuk parkir motor dan menampung pedagang. Di atasnya ada alaun-alun berumput yang nyaman untuk santai. Di sisi luarnya yang berlantai tegel, terlihat garis yang difungsikan untuk saf ketika alun-alun digunakan untuk Shalat berjamaah,
"Tekstur lantai kan sudah disediakan garis bantu saf, ini menghadap kiblat. Jadi saat hari raya, Sholat Id, bisa digunakan Masjid Kauman," jelas Hendi.
(Angling Adhitya Purbaya/detikcom)
Selama ini banyak warga yang mengira alun-alun Kota Semarang adalah Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang karena di lokasi asli alun-alun di dekat Pasar Johar itu berdiri los pedagang dan wujud alun-alun sudah benar-benar lenyap.
Dalam buku sejarawan Semarang, Jongkie Tio berjudul Kota Semarang Dalam Kenangan, disebutkan alun-alun Kota Semarang ada pada akhir abad 16 atau awal abad 17. Dulunya ada bangunan pendopo di sana kemudian setelah bangsa Eropa masuk, sekitar abad 18-19 kondisi mulai berubah karena dibangun banyak gedung termasuk Masjid besar dan gedung "Kanjengan" sebagai pusat pemerintahan.
Foto: (Angling Adhitya Purbaya/detikcom)
Gedung lainnya bermunculan seperti Kantor Pos, hotel Du Pavillion (sekarang Dibyapuri), hingga Pasar Johar. Pembangunan gedung terus berkembang termasuk hilangnya fungsi gedung "Kanjengan" di sana. Pedagang makin menjamur hingga akhirnya alun-alun Kota Semarang benar-benar hilang.
Dengan hilangnya alun-alun, pusat Kota Semarang bergeser ke Selatan yaitu kaki bukit Candi pada tahun 1965. Saat itu Presiden Soekarno harus mencari alun-alun baru. Maka dipilihlah Simpang Lima. Pertumbuhan pembangunan pun berjalan pesat bahkan gedung olahraga di kawasan Simpang Lima kini sudah menjadi hotel.
Hendi mengatakan menghidupkan kembali alun-alun Kota Semarang tersebut memadukan heritage dan modern. Heritage dimana Pasar Johar di sebelahnya direvitalisasi pasca kebakaran dengan bentuk seperti aslinya.
Simak Video "Suasana Haru Tahanan di Semarang Kembali Masuk Sel Usai Ijab Kabul"
[Gambas:Video 20detik]