Sejauh ini belum ada pabrikan atau pembalap yang menunjukkan dominasinya dalam persaingan perebutan gelar juara dunia.
Enea Bastianini boleh memimpin klasemen sementara pembalap MotoGP dengan merebut dua kemenangan. Namun, secara konsistentsi dia belum teruji.
Selain itu, Bastianini tahu betul sebesar apa potensinya sebagai sebagai pembalap tim satelit dalam persaingan perebutan gelar juara dunia.
Dengan keterbatasan dukungan dana dan sumber daya manusia, sebuah tim satelit akan sulit bersaing dengan tim pabrikan.
Biasanya, rider satelit dan rookie punya peluang bersinar di awal musim dimana pengembangan motor belum terlalu masif.
Dan setelah balapan memasuki seri Eropa, tim-tim pabrikan akan menggenjot pengembangan motor untuk memperbaiki kelemahan mereka di awal musim.
Tentu saja, dengan dua kemenangan di awal musim, menjadi modal besar Bastianini mengarungi sisa kompetisi di musim ini.
Namun, sejak Valentino Rossi menjuarai kelas premium bersama Nastro Azzuro Honda pada 2001, belum ada lagi rider satelit yang berhasil memenangkan gelar juara dunia dengan motor tim satelit.
Peluang tetap terbuka bagi Bastianini. Tapi tidak besar. Atau minimal tidak sebesar rider pabrikan.
Nah, dari semua pabrikan yang bertarung saat ini, Suzuki yang berhasil berlari lebih cepat di awal musim.
Setidaknya ada dua faktor yang membuat motor GSX-RR 1000 tampil menjanjikan di awal musim ini.
Pertama, penambahan power mesin yang berhasil dilakukan oleh Suzuki, tanpa mereduksi kelincahan motor di tikungan.
Dalam beberapa kesempatan, baik Alex Rins dan Joan Mir mempertontonkan top speed mereka di trek lurus mampu menandingi Ducati Desmosedici.
Kedua, kelebih GSX-RR dalam mempertahankan usia ban belakang sudah kembali seperti musim 2020. Tahun lalu, kelebihan ini sempat tereduksi tahun lalu.
Tahun ini, GSX-RR kembali bisa bertarung di balapan dengan ban belakang masih optimal hingga fase akhir.
Satu-satunya kelemahan yang GSX-RR yang belum juga dapat diatasi adalah pace di sesi kualifikasi. Suzuki selalu kesulitan start di barisan depan saat balapan.
Sehingga harus membuang banyak waktu di awal balapan untuk menyalip rider-rider di depannya.
”Aku merasa kami bekerja dengan baik di dalam dan di luar markas. Aku berlatih sangat keras di gym (fisik) dan secara mental. Dan itu terlihat dari konsistensi yang aku tunjukkan sejauh ini,” ucap Rins.
Saat ditanya, apakah saat ini Rins telah berhasil mencapai performa terbaiknya, dia menjawab: ”Tentu!”.
Saat ini, Rins hanya berselisih lima poin dari Bastianini yang sudah mengumpulkan 56 poin di puncak klasemen. Sedangkan, rekan setimnya Mir di belakangnya 10 poin dengan raihan 46 angka.
Ini menunjukkan konsistensi Suzuki di awal musim dibandingkan pabrikan lainnya.
Hanya Aleix Espargaro yang memisahkan duo Suzuki itu di posisi ketiga klasemen.
Mir yang finis di posisi keempat di GP Amerika Serikat juga menunjukkan Suzuki punya potensi besar. Mir selalu menyebut bahwa COTA adalah salah satu sirkuit yang paling tak disukainya.
Nah, dengan ”start” yang sudah bagus di awal musim, Suzuki bisa selangkah lebih maju saat balapan memasuki seri Eropa.
”Aku rasa di Eropa kami akan menemukan ”klik” yang hilang saat ini,” yakin Mir. ”Di Argentina kami membalap dengan sangat baik.