Jakarta - Umat muslim yang berpuasa di bulan Ramadan tak hanya diwajibkan menahan lapar dan haus saja. Puasa juga berarti menahan amarah dan hawa nafsu, termasuk emosi dan rasa kesal.
dr Andri, SpKJ, dari RS Omni Alam Sutera, mengatakan di bulan puasa emosi negatif seperti marah dan kesal sebaiknya ditekan. Sementara itu, emosi positif seperti rasa senang, bersyukur, dan empati kepada sesama harus ditingkatkan.
Baca juga: Dokter Jiwa: Bulan Puasa Waktu yang Tepat untuk Terapi Perilaku
"Cara nguranginnya gimana? Pertama, kita harus sadar, eling, aware, bahwa hal-hal tidak baik seperti marah dan berbohong merupakan perbuatan yang menurunkan hal-hal baik dari diri kita sendiri," ungkap dr Andri kepada detikHealth.
Dikatakan dr Andri, menyadari bahwa marah dan kesal sebagai emosi negatif merupakan kunci dari menahan emosi tersebut muncul ke permukaan. Dengan menyadari hal tersebut, maka tujuan melakukan puasa akan lebih jelas, dan kemampuan meredam emosi negatif akan lebih besar.
"Jadi menyadari dulu nih, kalau tujuan kita puasa adalah ibadah dan membuat diri menjadi lebih baik, lebih dekat dengan Tuhan," tandasnya lagi.
Hanya saja, hal ini akan bisa dicapai jika puasa dilakukan dengan niat tersebut. Jika puasa dilakukan hanya karena malu atau dipaksa oleh orang lain, maka tidak ada manfaatnya untuk kesehatan jiwa.
"Fokusnya kepada mindfullness, kesadaran, eling, bahwa kita ingin jadi orang yang lebih baik dan manusia baru di bulan Syawal nanti," tutupnya.
Baca juga: Apa Motif Seseorang Sebar Hoax di Tengah Teror? Ini Kata Dokter Jiwa
(mrs/up)