Akhir tahun 2017 saya meminjam buku teman yang mengangkat tentang kontroversial kematian Hitler di Indonesia. Buku terbitan tahun 2010 yang ditulis oleh Ir. KGPH. Soeryo Goeritno, M. Sc, yang berjudul "Hitler Mati di Indonesia: Rahasia yang terkuak" ini ditulis berdasarkan pengamatannya terhadap figur dr. Sosro Husodo yang pada tahun 1980an melakukan penelitian karena terdorong akan ingatan pengalamannya dan merasa pernah bertemu sosok seperti Adolf Hitler di Sumbawa Besar saat ia bertugas pada tahun 1960an.
Seperti yang kita ketahui, bahwa menurut sumber-sumber primer dijelaskan bahwa Hitler mati karena bunuh diri di sebuah bunker di Berlin tahun 1945, kemudian mayatnya dibakar. Namun menurut penulis buku ini sumber itu tidak benar, karena berita tersebut dikatakan hanya untuk melindungi nama besar seorang pemimpin Jerman tersebut.
Buku setebal 121 halaman ini terbilang masih tidak teratur dalam meruntutkan konteks isinya, hal ini dinyatakan juga oleh penulis buku ini di dalam kata pengantar bahwa, "buku ini adalah bukan buku sejarah", sehingga tidak begitu komprehensif dalam menuturkan peristiwa dr. Sosro dalam penelitiannya.
Namun, dinyatakan pula oleh penulis bahwa terdapat fakta-fakta baru tentang kematian Hitler yang ia nyatakan juga siap menerima kritik bagi pendapat yang menyangkal pendapat barunya ini. Hal inilah yang mendasari saya untuk menuliskan kurang lebih secara runtut hal apa saja yang diterangkan penulis dalam buku ini agar informasi yang disampaikan penulis buku ini lebih tertata.
Tentang Dokter Sosro Husodo
Dokter Sosro Husodo merupakan doktor militer berpangkat "kolonel"yang tinggal di Jl. Setiabudi, Bandung. Penelitiannya bermula saat tahun 1981, dr. Sosro membaca majalah Zaman No. 15 / thn / Minggu II - Januari 1980, yang di dalamnya terdapat artikel yang ditulis oleh Heinz Lingeyang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul, "Cerita Nyata Hari Terakhir Seorang Diktator". Heinz Linge merupakan seorang Valet Service dari Hitler. Dinyatakan bahwa di dalam majalah tersebut digambarkan keadaan Hitler, yaitu:
Beberapa orang di Jerman mengetahui, bahwa Fuhrer (Pangkat dr Adolf Hitler) menyeret kaki kirinya, penglihatannya sudah kurang terang, dan rambutnya hampir sama sekali tidak tumbuh.
Ketika perang semakin hebat dan Jerman semakin terdesak, Hitler mulai menderita penyakit kejang urat. Di samping itu tangan kirinya mulai gemetar saat pertempuran di Stalingrad, ......dan ia mendapat kesukaran untuk mengatasi tangannya yang selalu gemetar itu.
Tetapi aku bersyukur bahwa mayat dan makam Hitler tidak pernah ditemukan.
Artikel yang dibaca dr Sosro ini mengingatkannya kepada seorang doctor Jerman di daerah Sumbawa Besar yang ia pernah kenal, yang saat ia berkenalan, dokter Jerman tersebut mengaku bernama Poch" yang oleh dr. Sosro dianggap merupakan sosok Adolf Hitler. Inilah yang mengawali dr. Sosro untuk mulai mencari tahu dan melakukan penelitian mengenai hal ini.
Kegiatan Penelitian dr. Sosro
Untuk melacak keberadaan dr. Poch, Sosro mencari nomor interlokal untuk Sumbawa Besar. Ia menghubungi nomor 21108 untuk menanyakan nomor telepon RSU (Rumah Sakit Umum) Sumbawa Besar.
Didapatkan beberapa keterangan dari RSU Sumbawa Besar bahwa, "doktor tua Jerman itu sudah meninggal dunia pada tahun 1970 di Rumah Sakit Karang Menjangan, Surabaya. Istrinya yang berkebangsaan Jerman sudah kembali ke Jerman, dan beliau menikah lagi dengan wanita dari Bandung, sebelum ia meninggal"
Dalam hal ini dr. Sosro Husodo yakin bahwa sosok yang pernah ia temui yang bernama dr. Poch itu merupakan Adolf Hitler. Hal ini didasarkan dari bukti-bukti otentik berupa barang-barang peninggalan dr. Poch yang dirawat oleh Sulaesih (Wanita yang dinikahi Poch selama di Indonesia). Peninggalan tersebut berupa, foto dan tulisan asli dr. Poch (dokumen-dokumen penting) yang dianggap sebagai Adolf Hitler.
6
7
8
9
10