Sebelum resmi menjadi Kebun Raya Bogor, kebun botani ini diberi nama ‘sLands Plantentuin te Buitenzorg oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kebun tersebut pertama kali ditata oleh Pemerintah Inggris, sebagai kebun untuk Istana Bogor yang ditinggali oleh Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles bersama isterinya pada tahun 1811 hingga 1816. Lahan seluas 47 hektar yang semula merupakan halaman tersebut dikembangkan menjadi kebun oleh seorang ahli botani asal Inggris bernama William Kent, sehingga bergaya Inggris klasik.
Pendirian kebun botani tersebut pertama kali digagas oleh pejabat Pemerintah Hindia Belanda bernama Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt, seorang Direktur Pertanian, Seni, dan Pendidikan Belanda untuk Pulau Jawa. Salah satu tugasnya adalah melakukan penelitian terhadap berbagai macam tanaman serta eksplorasi flora dan masalah pertanian.
Reindwart kemudian mengusulkan kebun botani tersebut sebagai lahan pengumpulan tanaman dan benih dari berbagai daerah di Nusantara. Ide tersebut kemudian disetujui oleh Baron van der Capellen, selaku Komisaris Jenderal Hindia Belanda. Pada tanggal 18 Mei 1817, kebun botani di Bogor resmi didirikan dengan nama ‘sLands Plantentuin te Buitenzorg.
Tidak perlu waktu lama untuk Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian serta kegiatan bercocok tanam sayur-sayuran, buah-buahan atau tanaman hias (hortikultura).
Setelah Reindwart kembali ke Belanda pada tahun 1822, posisinya digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang berjasa melakukan inventarisasi koleksi tanaman yang tumbuh di area kebun.
Pelaksanaan pembangunan kebun sempat terhenti, kemudian dilanjutkan oleh penerusnya bernama J.E. Teijsmann, yang bekerja sama dengan J.K. Hasskarl melakukan pengelompokkan tanaman menurut suku (familia).
Upaya tersebut membuat beberapa koleksi kebun botani harus ditata ulang, termasuk memindahkan pohon-pohon besar serta memberi label merah untuk menandai tanggal penanaman. Pada tahun 1868, Kebun Raya Bogor terpisah secara administratif dengan Istana Bogor.
Pada perkembangannya, Kebun Raya Bogor tidak hanya menjadi kebun percobaan, namun menjadi pengiring perkembangan ilmu pengetahuan botani di Indonesia pada tahun 1880 hingga 1905.
Kebun Raya Bogor melahirkan beberapa institusi penelitian seperti Bibliotheca Bogoriensis, Herbarium Bogoriense, Kebun Raya Cibodas, hingga Museum dan Laboratorium Zoologi.
Kebun Raya Bogor tidak hanya menyimpan koleksi tanaman, kebun ini juga menyimpan banyak peninggalan sejarah sebelum kemerdekaan.
Sejarah yang Terkubur di Kebun Raya Bogor
Salah satu tempat yang memiliki nilai sejarah adalah komplek pemakaman belanda yang merupakan makan dari tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi terhadap Kebun Raya Bogor. Pemakaman ini telah ada sebelum Kebun Raya Bogor berdiri, namun kompleks pemakaman ini diresmikan oleh Caspar Goerg Karl Reinwardt yang menjabat sebagai pemimpin Kebun Raya Bogor pada tahun 1817.Pada area pemakaman ini terdapat 42 Makam yang terdiri dari makam D.J. dee ee Erens, seorang gubernur jendral yang menjabat 1836-1849, Mr.Ary Prins seorang ahli hukum yang pernah dua kali menjabat sebagai pejabat sementara gubernur jenderal Hindia Belanda.
Makam lain adalah makam dari dua ahli Biologi Belanda yang dikuburkan dalam satu makam, yaitu Heinrich Kuhl dan J.C.Van Hasselt yang merupakan anggota The Netherlands Commissions for Natural Sciences yang dikirim ke Indonesia untuk bekerja di Kebun Raya Bogor.
Makam tertua di komplek pemakaman ini adalah makam yang sudah ada dari tahun 1784, yaitu makam sorang administrator toko obat berkebangsaan Belanda yang bernama Cornelis Potsman.
Makam terbaru dari pemakaman ini adalah makam Prof. De. A.J.G.H. Kostermans, seorang ahli Botani terkenal berkebangsaan Belanda yang menjadi Warga Negara Indonesia sejak tahun 1958, Kostermans meninggal pada tahun 1994 dan dimakamkan di pemakaman ini.
Makam ini berlokasi di dekat lokasi koleksi bambu Kebun Raya Bogor, anda dapat melihat deretan batu nisan berwarna putih yang terletak diantara pohon-pohon bambu. Untuk dapat mengunjungi pemakaman, Anda dapat masuk melalui pintu dekat dengan papan informasi berwarna hijau. Walaupun terkesan tersembunyi dan menyeramkan, pemakaman Belanda ini adalah tempat bersejarah yang harus Anda kunjungi ketika berkunjung ke Kebun Raya Bogor.
Tokoh di Balik Keindahan Kebun Raya Bogor serta Silang Monas
Treub mulai menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor pada 1880, dengan visi untuk mengembangkan bidang botani, agrikultur, dan ilmu alam. Di bawah kepemimpinan Treub, Kebun Raya Bogor menjadi salah satu pusat penelitian bagi ahli-ahli botani dari seluruh dunia.Selama berkarir sebagai Direktur, Treub membangun Museum Zoologicum Bogoriense, mendirikan Lembaga Penelitian Botani yang juga dikenal sebagai Lembaga Botani Umum Treub pada 1884, dan ia juga merupakan pendiri lembaga penelitian laut di jakarta dan sebuah laboratorium, yang saat ini dikenal sebagai Laboratorium Treub.
Tidak hanya itu, Treub juga merupakan penggagas pertama tata ruang lapangan Koningsplein atau silang monas.
Ide membuat jalan silang yang memotong Lapangan Monas secara diagonal dapat ditemukan di tulisan Treub dalam majalah ilmiah Tysmannia yang terbit pada 1892. Dr Melchior Treub mendapatkan inspirasi tersebut ketika Ia melihat kondisi lapangan tersebut yang kurang serasi menjadi perhiasan kota, karena saat itu perbandingan antara pohon yang masih jauh lebih banyak dibandingkan gedung-gedung.
Pada 1905, Treub memimpin sebuah departemen baru yang menjadi awal terbentuknya Departemen Pertanian. Ia menjadi peneliti yang terkenal akan penelitian dibidang morfologi tumbuhan tropika yang hanya ada di Indonesia. Atas seluruh jasanya, nama Treub dijadikan sebagai nama marga lumut Treubia dan marga jamur Melchioria.