Memang, tak hanya pantai Pangandaran yang mampu menghadirkan pemandangan sunrise dan sunset di wilayah yang sama, namun pantai Pangandaran memiliki keunikan tersendiri di antara pantai-pantai lain yang bisa menyuguhkan kedua fenomena itu.
Keunikan itu bisa dilihat dari adanya kontur pantai yang menjorok ke laut sehingga bisa melihat pemandangan laut lepas baik dari sisi timur ataupun dari sisi barat.
Keunikannya juga dipercantik dengan pantainya yang luas dan indah, tak heran jika pantai ini menjadi wisata andalan warga Jawa Barat karena mampu menggaet wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.
Lokasinya terletak di Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Dulu, pantai ini masuk ke wilayah Kabupaten Ciamis, namun pada tahun 2012 Pangandaran menjadi kabupaten tersendiri. Pantai Pangandaran cukup strategis karena letaknya berbatasan dengan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah), Ciamis, Banjar, dan Tasikmalaya.
Pangandaran tidak hanya menyuguhkan panorama pantai yang beragam, di sekitar pantai kita juga bisa merasakan keindahan Green Canyon, Cagar Alam Pananjung, Pantai Batu Hiu, Pantai Karang Nini, Citumang Pangandaran dan lain-lain.
Pantai ini tak pernah sepi dari turis nusantara atau turis mancanegara baik di musim libur atau di musim biasa. Namun berdasarkan informasi yang beredar, untuk menikmati romansa pantai yang lebih khidmat, jauh dari keramaian khalayak umum disarankan agar mengunjunginya saat hari-hari biasa.
Benar saja, suasana pantai terasa damai, indah, tenang, dan asri meski deru ombak bergelombang keras tak karuan dan menghembuskan angin laut ke tepi pantai. Pengalaman ini saya rasakan bersama rekan kerja saat ada tugas kantor ke luar daerah yang kebetulan tempatnya tak jauh dari lokasi pantai.
Waktu itu, kami ditugaskan oleh kantor untuk melakukan kerja sama dengan salah satu otoritas pemerintah daerah di bidang pariwisata. Pelaksanaan kemitraan itu berlangsung selama tiga hari, dari hari Senin sampai hari Rabu. Maklum lama, karena dalam pertemuan itu semua materi dari masing-masing pihak terkait harus dijelaskan secara detail dan menyeluruh.
Singkat cerita, Pertemuan itu berakhir sekitar pukul 14.00 Wib hari Rabu. Sebelum kembali ke kantor, kami meminta izin kepada atasan untuk libur selama satu hari dan atasan pun mengizinkannya. Akhirnya kami memutuskan untuk berlibur di Pantai Pangandaran selama satu hari itu, tujuannya agar pikiran dan perasaan tersegarkan lagi.
Selama satu jam pasca rapat usai, kami berdua menyempatkan ngopi dan bincang-bincang santai, sesekali dalam obrolan itu kami semua haha-hehe agar suasana menjadi cair karena selama pertemuan itu semua peserta rapat terlihat kaku dan serius.
Setelah ngopi dan haha-hehe, kami berdua kembali ke penginapan dan langsung bergegas menuju pantai idaman dan andalan warga Pasundan, yaitu Pantai Pangandaran.
Tepat pukul 16.00 Wib akhirnya kami berdua bisa menapaki pantai indah nan luas, gemuruh ombak yang hilir-mudik menyentuh ujung bibir pantai pun tak luput untuk menyambut kami berdua.
Oh iya, hampir lupa. Sebagai informasi, akses perjalanan menuju Pantai Pangandaran relatif mudah karena sudah banyak petunjuk jalan.
Kalau dari Jakarta kita bisa menggunakan Bis dari Terminal Kp. Rambutan jurusan Pangandaran, Bandung - Pangandaran, ataupun dari kota lainnya. Tersedia juga via kereta api jurusan Jakarta-Banjar, dari Stasiun Banjar pengunjung cukup naik kendaraan umum menuju Pantai Pangandaran dengan jarak tempuh sekitar satu jam lebih.
Jika ingin lebih cepat pengunjung bisa menggunakan pesawat terbang dari Bandara Jakarta jurusan Bandara Pangandaran milik PT Asi Pudjiastuti Aviation (Susi Air). Lama perjalanannya sekitar 45 menit.
Jika berangkat dari Bandung, pengunjung bisa melakukan perjalanan dengan jalur utama dan jalur alternatif lainnya. Bisa juga via pesawat terbang Susi Air dari Bandara Bandung-Pangandaran.
Jalur utama jika menggunakan kendaraan darat ialah via Bandung-Tasikmalaya-Banjar-Pangandaran. Jalur ini mudah untuk diikuti karena sudah tersedia petunjuk jalanya.
Adapun jalur alternatifnya ialah via Bandung-Tasikmalaya-Pantai Cipatujah-Pangandaran. Atau melalui rute alternatif jalur selatan Jawa Barat yaitu dari Bandung-Pangalengan-Cisewu-Rancabuaya-Pameungpeuk-Cipatujah-Pangandaran. Rute ini lebih sepi, namun kondisi jalannya sudah lumayan bagus.
Sedangkan jika dari arah Jawa Tengah pengunjung bisa lewat Tol Pejagan-Pemalang atau lewat jalan Cilacap. Untuk selengkapnya pengunjung bisa melihat Google Maps atau Waze selama perjalanan karena rute perjalanan ke pantai ini relatif mudah dan dijamin tak akan tersesat karena sudah tersedia secara detail di aplikasi tadi.
Pantai Barat-Pantai Timur
Sebelum menyentuh bibir pantai tadi, terlebih dahulu kami memarkirkan kendaraan dan membayar tiket masuk sebesar 28.000 rupiah. Harga yang relatif terjangkau untuk menikmati pesona pantai yang indah dan tak ada duanya ini.
Meski keindahannya tak ada dua, namun perlu diketahui bahwa di Pantai Pangandaran ini ternyata terdapat dua sisi pantai yang berbeda, yaitu Pantai Barat dan Pantai Timur. Jika dilihat dari ketinggian, topografi Pantai Pangandaran seperti bentuk pohon beringin.
Sisi kiri batang pohon itu ibarat Pantai Barat Pangandaran dan sisi kanan batang pohon ibarat Pantai Timur Pangandaran. Sedangkan dedaunan yang rimbun itu ibarat Cagar Alam Pananjung yang langsung menjadi pembatas daratan dan lautan Pangandaran.
Pantai Barat Pangandaran atau masyarakat sekitar menyebutnya dengan Pantai Pananjung merupakan kawasan yang sering banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Tipologi pantai barat memiliki garis pantai yang panjang dengan pasirnya berwarna hitam dan halus. Saking halusnya, pasir ini sering disamakan dengan debu. Adapun aktivitas pantai di sini ialah berenang, surfing, 4 wheel bikes (ATV) hingga aktivitas bebas seperti bikin sand castle atau bermain bola. Aktivitas populer di Pantai Barat ini ialah surfing karena deru ombaknya yang cukup tinggi.
Garis pantai yang panjang membuat pantai ini cocok dijadikan wahana bermain keluarga dan anak-anak atau cocok untuk berjalan menyusuri tiap jengkal pantai bersama pasangan.
Namun kebanyakan orang jarang sekali menyusuri pantai seluruhnya karena saking panjangnya pantai itu. Turis-turis malah berkumpul dan berpusat di satu titik pantai yaitu di ujung selatan dekat dengan kawasan cagar alam.
Termasuk kami. Saat itu kami hanya duduk santai di permukaan pantai dengan ditemani dua cangkir kopi dan beberapa makanan ringan khas Pangandaran untuk merasakan pemandangan laut lepas sembari menunggu sunset tiba.
Beberapa saat kemudian, pemandangan yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba, kami pun menikmatinya dengan penuh gembira.
Itu artinya penat yang pekat yang selama ini melekat di alam pikiran kami bersamaan dengan mentari itu hilang terbenam di ufuk barat.
Selain menikmati sunset tadi, sesekali kami menyusuri pantai sambil bincang-bincang ringan seputar dunia kerja dan terkadang kami saling bercanda, tentunya candaan khas laki-laki dan yang pastinya sambil haha-hehe.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Kami pun bergegas menuju penginapan yang tak jauh dari pantai. Sesampainya di penginapan, kami pun melepas lelah di atas kasur masing-masing karena sudah tak sabar menyambut hari esok untuk melihat pemandangan sunrise di ujung timur pantai.
Setelah tersadar dari alam mimpi, kami pun bergegas merapikan pakaian dan membasuh muka lalu melaksanakan ritual masing-masing. Di pagi buta itu juga, ayunan kaki kami arahkan ke Pantai Timur Pangandaran.
Syahdan, udara Pantai Pangandaran ternyata sangat segar dan sejuk bak udara di pegunungan. Sambil lari-lari kecil kami susuri jalan menuju Pantai Timur itu, sesekali kami hirup udara segar itu dalam-dalam. Maklum, udara segar seperti ini jarang ditemukan di pelataran kota.
Perlu diketahui bahwa kontur Pantai Timur Pangandaran tak luas seperti di Pantai Barat. Suasananya pun relatif lebih tenang dan sepi, cocok untuk tempat relaksasi diri. Kontur Pantai Timur pasirnya relatif lebih sedikit. Meski begitu, di pantai ini banyak spot indah sperti dermaga dan tanjung yang menjorok ke laut cocok untuk dijadikan tempat nongkrong, ngopi atau berswafoto.
Kami tak hanya berdua, terlihat beberapa pengunjung lain sudah menggenggam smartphone dan berada di posisi yang diyakininya tepat untuk mengabadikan momen sunrise.
Di sisi lain, nampak para nelayan sedang sibuk menyiapkan peralatan tangkap ikan beserta perahu kayunya di tepi pantai untuk melaksanakan ibadah mencari nafkah.
Seiring berjalannya waktu, lambat laun gelap di pagi buta itu hilang. Dalam peraduan itu, pelan tapi pasti sang mentari muncul di ufuk timur menembus awan hitam pekat, sisa semalam.
Kami terperangah, terkejut oleh pesona sunrise yang terbit di ujung timur pantai ini. Saat itu, berkedip pun enggan apalagi sampai terburu-buru ingin balik ke penginapan.
Cagar Alam Pananjung
Sesaat momen mentari terbit itu usai, kami pun bergegas mencari warung untuk sarapan dan tentunya ngopi. Ya ngopi, ngopi sambil menikmati pemandangan dan udara segar di pagi hari adalah suatu aktivitas indah yang jarang kami lakukan.
Selepas sarapan rencananya kami akan mengunjungi Cagar Alam Pananjung dan mungkin akan berenang lebih dulu.
Cagar Alam Pananjung terletak di antara kedua sisi Pantai Timur dan Pantai Barat Pangandaran. Di sini pengunjung bisa melihat berbagai macam satwa liar seperti Monyet Ekor Panjang, Rusa, Lutung dan Banteng.
Di antara jenis-jenis hewan itu Rusa terbilang cukup jinak dan sering berkeliaran ke luar hutan. Bahkan Rusa-Rusa itu sering berjalan-jalan di jalan raya saat tengah malam.
Di sini juga tedapat beberapa goa alami dan goa buatan semasa pendudukan Jepang. Jika memiliki waktu luang pengunjung bisa melihat goa-goa ini sembari mengetahui sisi lain sejarah Pantai Pangandaran. Lokasi hutan cukup luas dan rimbun, disarankan saat hendak mengeksplore area ini pengunjung ditemani guide agar sekalian dijelaskan tiap spot cagar alam.
Jika ingin menikmati hutan cagar alam secara menyeluruh dan dengan nuansa yang berbeda, pengunjung hanya cukup merogoh kocek 150 ribu. Dengan biaya tersebut pengunjung sudah bisa mengitari hutan cagar alam dengan perahu untuk dua orang.
Saat berkeliling menggunakan perahu itu kita bisa singgah ke Pantai Pasir Putih, Batu Layar, dan snorkeling di perairan dekat Batu Layar.
Ya, di sekitar hutan Cagar Alam Pananjung ternyata terdapat pantai cantik berpasir putih dan terdapat satu batu yang menjulang tinggi ke atas yang menyerupai layar perahu. Oleh karena itu, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Batu Layar.
Selain itu, kita juga bisa melihat penampakan air terjun mini di Cagar Alam Pananjung yang ciamik selama berkeliling hutan dengan perahu tadi. Saat singgah ke beberapa titik itu, pengunjung cukup hanya menikmati dan merasakan sensasi lain Pantai Pangandaran. Pengunjung jangan khawatir ditinggalkan oleh perahu, karena perahu akan stand by selama perjalanan.
Green Canyon
Setelah puas menikmati pesona Pantai Barat, Pantai Timur dan Cagar Alam Pananjung, kami pun bergegas pulang ke penginapan. Siang itu kami menyempatkan dulu mampir ke sebuah warung yang menyediakan makanan khas Pangandaran, maklum perut kami baru diisi dengan sarapan.
Pandangan kami terhenti di tempat makan yang menyediakan hidangan seafood yang katanya selalu ramai karena hidangannya enak dan khas Pangandaran. Kami memesan olahan seafood dengan bumbu saus tiram dan saus asam-manis, ikan bakar, sambal dan yang tak kalah penting adalah lalapan dan pete bakar.
Semua hidangannya memang benar-benar lezat, hampir saja kami menambah untuk ke dua kalinya, niatan itu urung kami lakukan karena sudah kenyang duluan.
Alhamdulillah, perut kenyang, pikiran dan perasaan tenang, tinggal siap-siap balik ke Jakarta untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum tuntas.
Tiba-tiba kami termenung, waktu baru menunjukkan pukul satu siang. Sayang jika sisa waktu liburan ini kami rasakan hanya untuk macet-macetan di jalan. Akhirnya kami pun berinisiatif untuk mengunjungi satu destinasi lagi di sekitar Pantai Pangandaran, yaitu Green Canyon.
Katanya, berwisata ke Pangandaran itu harus sepaket dengan wisata ke Green Canyon karena dua destinasi ini sudah menjadi ikon wisata Pangandaran. Meski sebenarnya Green Canyon terletak di daerah tetangganya yaitu Kabupaten Ciamis.
Jaraknya hanya 30 km dari posisi kami berada dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Lokasinya tepat berada di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis.
Green Canyon atau masyarakat setempat menyebutnya dengan Cukang Taneuh adalah jenis wisata berupa ngarai yang berada di hulu sungai. Nama Green Canyon disematkan kepada Cukang Taneuh karena mirip dengan Grand Canyon, salah satu wisata yang terkenal di Amerika Serikat.
Green Canyon menawarkan panorama alam berupa sungai. Sisi-sisi sungai di bentengi tebing atau lembah yang menjulang tinggi. Air sungainya jernih, bersih dan tenang serta berwarna kehijau-hijauan. Adapun aktivitas yang bisa kita lakukan di sini ialah berenang, menyusuri sungai, body rafting dan cliff jumping.
Untuk bisa mencapai hulu sungai, kita perlu menyewa perahu dengan biaya Rp. 150.000 per perahu lengkap dengan retribusi masuk dan asuransi. Sedangkan tiket masuk ke sini tak dipungut biaya alias gratis.
Sesampainya di lokasi, kami dibuat kaget karena suasana alam di sini sangat asri, alami, sejuk dan indah. Tak berfikir lama-lama, kami langsung melakukan body rafting atau mencicipi dan menyusuri segarnya air sungai secara langsung dengan dilengkapi pelampung dan helm.
Sesekali kami loncat dari atas tebing (Cliff jumping) menuju air sungai yang bening kehijau-hijauan. Sebagai catatan, saat melakukan cliff jumping ini agar lebih hati-hati karena tebing sering dipenuhi lumut dan licin.
Aktivitas ini terbilang lumayan ekstrim dan menguji adrenalin karena jaraknya yang cukup tinggi. Jarak dari atas tebing ke permukaan sungai kira-kira 5-10 meter.
Meski begitu, kami dan pengunjung lain masih tetap aman karena pihak pengelola sudah menyediakan pengawas agar semua aktivitas itu terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Di tengah-tengah keseruan berenang dan clifft jumping itu, kami dibuat penasaran oleh orang-orang yang hilir-mudik menggunakan perahu. Usut punya usut ternyata mereka mengunjungi satu spot yang tidak kalah unik, yaitu Hujan abadi.
Kami pun memutuskan untuk mengunjunginya, dari pada rasa penasaran ini terbawa-bawa sampai ibu kota.
Ternyata benar, rasa penasaran ini hilang dan berganti dengan rasa takjub yang luar biasa. Di sini kami menikmati pesona tetesan air yang berasal dari tebing. Air ini berasal dari rembesan air dari celah lembah yang terus mengalir seperti air hujan yang tak pernah habis. Oleh karena itu, masyarakat setempat menyebutnya dengan hujan abadi.
Pesona pantai Pangandaran dan alam sekitarnya benar-benar luar biasa, benar-benar memanjakan mata dan rasa. Kami bisa menikmati panorama samudera, hutan dan pesona ngarai di waktu yang sama.