Terapi Diet Pada Penderita Hepatitis - RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO

Ririn Yuliati, S.Si.T, M.Si - Tujuan diet pada penderita penyakit hati adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Hati (Liver) merupakan organ terbesar pada tubuh manusia. Di dalamnya hati terjadi proses-proses yang penting bagi kehidupan. Apabila terjadi gangguan maka akan berdampak kompleks pada kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kita harus menjaga hati agar jangan sampai terkena penyakit.


Gangguan atau penyakit hati yang banyak terjadi adalah Hepatitis. Berikut saya paparkan terapi diet bagi penderita Hepatitis. Pemberian protein bermutu tinggi dan vitamin dapat mempercepat pemulihan penderita Hepatitis. Namun perlu diingat, pemberian protein harus disesuaikan dengan toleransi tubuh penderita karena bila berlebih dapat menyebabkan kadar amonia dalam darah meningkat atau tidak seimbang sehingga timbullah berbagai gangguan dalam tubuh. Oleh karenanya, diperlukan suatu pengaturan diet yang tepat untuk penderita Hepatitis agar diperoleh pemulihan yang maksimal.


Tujuan diet pada penderita penyakit hati adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati.


Tujuan diet pada penderita Hepatitis adalah untuk :


1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
2. Mencegah katabolisme protein.
3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang.
4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus dan hipertensi portal.
5. Mencegah koma hepatik.
6. Mengatasi anoreksia.
7. Diberikan makanan yang dapat memenuhi selera penderita tanpa mengenyampingkan terapi diet yang harus dijalani penderita.


Syarat dan Prinsip Diet :


1. Energi tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan kemampuan pasien (40-45 kkal/Kg BB).
2. Lemak sedang (cukup), yaitu 20-25 persen dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglycerida / MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
3. Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein diberikan sebanyak 1,25 g/Kg BB. Asupan minimal protein hendaknya 0,8-1 g/Kg BB. Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
4. Diet diberikan secara berangsur, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi penderita.
5. Cukup vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen Vitamin B kompleks, C dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia.
6. Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air. Natrium diberikan rendah, bergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapatkan diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
7. Mudah dicerna dan tidak merangsang.
8. Bahan makanan yang mengandung gas dihindarkan.
9. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontra indikasi.
10. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah atau makan biasa sesuai kemampuan saluran cerna.


Beberapa pantangan yan harus dihindari antara lain :


1. Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega / margarine, minyak serta makanan bersantan seperti gulai, kare atau gudeg.
2. Makanan yang dikalengkan seperti sarden dan korned.
3. Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
4. Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
5. Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
6. Minuman yang mengandung alkohol dan soda.


Bahan makanan yang baik dikonsumsi untuk penderita Hepatitis berupa :


1. Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.
2. Sumber protein seperti telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
3. Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan dan madu.


Bagi penderita Hepatitis, terapi diet sangat penting untuk dilakukan. Kandungan gizi pada terapi diet penderita Hepatitis berbeda-beda tergantung pada kondisi penderita. Total kalori yang diberikan juga berbeda, tergantung berat badan dan aktifitas penderita. Selain itu, pada umumnya kurang baik jika terlalu banyak mengurangi lemak kecuali kebutuhan protein dan natrium yang dibutuhkan di dalam diet.


Ada beberapa macam terapi diet untuk penderita Hepatitis, yakni :


Diet Hati I


Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang Branched Chain Amino Acid/BCAA yaitu leusin, isoleusin dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan maksimal 1 liter/hari. Makanan ini karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan secara Diet Hati I Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.


Diet Hati II


Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A,C tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asites hebat dan diuresis belum baik diet mengikuti pola diet Garam Rendah I.


Diet Hati III


Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada pasien Hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif. Menurut kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah I.


Kelompok makanan sehari-hari secara praktis, dapat dibagi menjadi 3 kelompok :


1. Kelompok kuning, makanan yang digunakan sebagai sumber energi seperti nasi, kentang, minyak, gula dan kue. Asupan makanan dari kelompok ini harus ditetapkan jumlahnya perhari.
2. Kelompok hijau, kelompok makanan yang harus dimakan sesuai kebutuhan. Contohnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Karena mengandung serat, makanan ini bisa mencegah sembelit. Makanan ini mengandung pula vitamin dan mineral.
Kelompok merah, terdiri atas makanan banyak protein misalnya daging, telur, ikan dan lain-lain. Konsumsi makanan kelompok ini harus berhati-hati karena bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan mengakibatkan peningkatan kadar amonia dalam darah.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama