Pagi-pagi sekali cak Dayat sudah mandi lalu berganti
baju takwa dan sarung yang baru, dia berniat ingin
ikut sholat Id berjamaah di Masjid dekat rumahnya.
Jam masih menunjukan pukul 04.00 wib, cak Dayat
sudah rapi siap berangkat ke masjid, dan tak lupa
membawa sajadah yang biasa dipergunakannya.
Tepat pukul 05.00 wib, segera cak Dayat melangkah
pergi meninggalkan rumah, ditengah jalan bertemu
seorang kawan lama tetangga kampung sebelah.
Percakapan basa-basi terjadi sambil berjalan pelan,
"Assalamualaikum" ucap cak Dayat pada temannya
"Waalaikumsalam" jawab cak Jumadi tersenyum.
Cak Dayat melanjutkan basa-basi, "Ya opo cak kabare"
"Apik kang, lha khabare riko tahes ta"? tanya cak Jum,
cak Dayat pun menjawab, "Alhamdulillah, tahes cak"
Mereka tak bersalaman karena sudah mengerti anjuran
yang disampaikan pemerintah, disamping itu mereka
juga menggunakan masker sesuai protokol kesehatan.
Hampir mendekati pintu gerbang masjid tiba-tiba
Cak Jumadi seperti orang yang kebingungan berkata,
"Sik, cak Dayat sajadahku ketinggalan ndek omah"
Seketika balik kanan cak Jumadi berlari kecil kembali
ke rumahnya untuk sajadah yang tertinggal, lantas
kata cak Dayat, "Wis cepetan sholat Id ndang dimulai"
Memang sholat Id pada tahun ini sedikit berbeda dari
pada tahun yang lalu, kalau biasanya merapatkan shob
tapi sekarang merenggangkan barisan atau shob.
Otomatis seluruh jamaah sholat Id harus membawa
sajadah atau alas sholat berupa tikar atau pun koran,
itulah sebabnya cak Jum pulang mengambil sajadah.
Tidak terlihat jamaah saling bermaaf-maafan kalau
pun ada hanya beberapa orang saja dan kemudian
secepatnya pulang ke rumah masing-masing.
Mengapa begitu? karena lebih baik, Di Rumah Saja...
*Singosari, 24 Mei 2020
@jbarathan.